Makam Syekh Abdul Ghorib: Jejak Perjalanan dan Kehidupan Spiritual. Makam Syekh Abdul Ghorib: Jejak Perjalanan dan Kehidupan Spiritual. Makam Syekh Abdul Ghorib, yang terletak di Cibeas, Tasikmalaya, bukan hanya sekadar tempat ziarah, tapi juga sebuah kisah panjang dan menakjubkan tentang perjalanan spiritual seorang ulama yang meninggalkan jejak kearifan di sepanjang perjalanan hidupnya.
Daftar Isi
ToggleMakam Syekh Abdul Ghorib
Sebuah Perjalanan Spiritual Syekh Abdul Ghorib
Syekh Abdul Ghorib, lahir di Kudus pada sekitar tahun 1655 M/1076 H, adalah seorang ulama yang menjelajahi pesantren-pesantren di Pulau Jawa dan Sumatera sejak kecil. Setelah mengikuti ibadah haji, di mana gurunya melihat sifat kewalian pada dirinya, ia diminta untuk tinggal di Mekkah untuk mendalami ilmu agama.
Baca juga: Menemukan Pesona Menarik di Mangkubumi Park, Destinasi Instagramable di Tasikmalaya
Kembali ke Kudus, ia mendirikan pesantren dengan bantuan masyarakat sekitar dan menikahi Raden Ajeng Ayu Sutri, seorang perempuan keturunan keraton yang taat terhadap ajaran Islam.
Perlawanan Melawan Penjajah oleh Syekh Abdul Ghorib
Namun, masa damai tidak berlangsung lama. Saat Belanda melakukan perang untuk memperluas daerah kekuasaannya, Syeh Abdul Ghorib ikut dalam perlawanan bersama para santrinya dan warga setempat. Meski perlawanan ini terpaksa berakhir karena kekuatan persenjataan Belanda yang lebih unggul, tetapi semangat perlawanan untuk keadilan tetap menyala.
Perjalanan Syekh Abdul Ghorib Menuju Tasikmalaya
Terdesak oleh situasi, bersama keluarga dan pengikutnya, Syekh Abdul Ghorib berpindah ke wilayah Jawa Barat. Sebelum tiba di Tasikmalaya, ia melakukan ziarah ke berbagai makam ulama terkemuka, menunjukkan penghormatan dan mencari petunjuk.
Syeh Abdul Ghorib Mendirikan Pesantren di Tasikmalaya
Di Tasikmalaya, atas petunjuk dari Syekh Abdul Muhyi di Pamijahan, ia mendirikan pesantren pada sekitar tahun 1708 M/1129 H di wilayah Kewedanaan Cicariang Kolot. Di sini, ia tidak hanya disambut dengan baik tetapi juga diberikan bimbingan yang mendalam.
Baca juga: Situ Cibeureum: Membingkai Keindahan Alam dan Mistisisme di Kota Tasikmalaya
Warisan Spiritual dan Ziarah
Setelah lebih dari 37 tahun berkiprah, Syekh Abdul Ghorib meninggal pada usia 90 tahun. Namun, warisannya tidak berhenti di situ. Makamnya menjadi tempat ziarah bagi orang-orang dari berbagai penjuru Indonesia, mencari jejak spiritual dan kebijaksanaan dari perjalanan hidupnya.
Peliharakan Makam dan Tradisi Ziarah
Kompleks makam ini, dengan sembilan makam termasuk Syekh Abdul Ghorib, memiliki aturan tertentu yang harus diikuti oleh pengunjung. Dari tata cara berziarah hingga menjaga kebersihan dan ketertiban, semua adalah bagian dari penghormatan terhadap tempat yang suci ini.
Makam Syekh Abdul Ghorib bukan sekadar sebuah lokasi ziarah, melainkan sebuah warisan spiritual yang memancarkan pesan kedamaian, perjuangan, dan kearifan yang membawa orang-orang untuk merenungkan nilai-nilai agung dalam perjalanan hidup mereka.